Selasa, 2 Ogos 2011

The Malaysian Insider :: Opinion


Klik GAMBAR Dibawah Untuk Lebih Info
Sumber Asal Berita :-

The Malaysian Insider :: Opinion


Transfer market poised to explode

Posted: 01 Aug 2011 05:05 PM PDT

AUG 2 — There are less than two weeks to go before the start of the new English Premier League season, and it's fair to say that the summer transfer market has not yet exploded into life.

Inevitably, Manchester City have been the biggest spenders so far, nabbing Gael Clichy from Arsenal and then breaking their transfer record to sign Argentine striker Sergio Aguero — a long-term replacement for disaffected compatriot Carlos Tevez — for a reported £38 million (RM182.6 million) from Atletico Madrid.

Elsewhere, it's been pretty quiet: Manchester United have signed Spanish goalkeeper David De Gea to replace the retiring Edwin van der Sar, along with Ashley Young from Aston Villa and Phil Jones from Blackburn, while Liverpool have snapped up Blackpool's Charlie Adam, Villa winger Stewart Downing and Sunderland midfielder Jordan Henderson, but otherwise not a lot has happened.

It won't last. Big money transfers are often delicately negotiated, with heavy involvement from the unavoidable and often malign influence of fee-hungry agents, and generally take weeks, rather than days to conclude.

But, by and large, big clubs around Europe are wealthier than ever due to the ongoing spiralling increases to television revenues, and many major moves will undoubtedly occur across the continent before the transfer window closes at the end of August.

Often, one big transfer can be the catalyst for a spree of spending affecting a number of clubs — the domino effect of a club receiving a significant sum of money and spending it on replacements who, in turn, then need to be replaced themselves.

That's certainly the case at Arsenal, where Arsene Wenger has already acknowledged the need to make a number of improvements to his squad.

Wenger has started to address his team's lack of firepower with the capture of Ivory Coast striker Gervinho, who won the French title with Lille last season, but the biggest stories to emanate from the Emirates until now have concerned two transfers that haven't yet happened: Cesc Fabregas to Barcelona and Samir Nasri to one of the Manchester clubs.

It would be very surprising if the Gunners are able to keep both players. In particular, there's a sense of inevitability about Fabregas' return to his hometown club: when a player is desperate to join a club that is equally desperate to buy him, there's usually only one outcome.

Nasri's departure is a little less certain, although the fact that the French winger only has one year left on his contract at the Emirates could persuade Wenger and his board to sell if City or United up their offers by a few more million.

And until the Nasri and Fabregas issues are resolved, it will be difficult for Wenger to act in strengthening his squad. Firstly, he won't know how much money will be at his disposal to spend and, secondly, he won't be sure of the priorities to address.

If Fabregas does leave, for example, Wenger will urgently need to fill the sizeable hole of his departure by signing a proven central midfielder – and they don't come cheap (unless he's planning to put the weight of responsibility for replacing Fabregas onto the talented but young shoulders of Jack Wilshere and Aaron Ramsey).

A few miles across London, Chelsea are another club whose lack of involvement in the transfer market surely won't continue for much longer.

The biggest signing of the summer at Stamford Bridge has been a new manager, Andres Villas-Boas, but their player intake has been limited to a trio of promising but unproven teenagers: midfielder Oriol Romeu from Barcelona, striker Lucas Piazon from Sao Paolo and Genk goalkeeper Thibaut Courtois — who has promptly been loaned out to Atletico Madrid.

But the Blues have been repeatedly linked with Tottenham playmaker Luka Modric, with two bids already being turned down and another one apparently in the offing within the next few days after the Croatian international reiterated his desire to leave White Hart Lane.

From Tottenham's firm stance on Modric's future — repeatedly stating "he is not for sale" — it's pretty clear that the Blues will have to fork out a sizeable fee, maybe somewhere in the region of £35 million, to eventually persuade Spurs to sell. But Roman Abramovich has the money to make it happen and, as with Fabregas and Barcelona, it would be a surprise if Modric  isn't wearing a Chelsea shirt by the start of September.

And what of Manchester United? Will Sir Alex Ferguson be satisfied to limit himself to the arrival of De Gea, Jones and Young? Probably not — an attacking midfielder is also on the Old Trafford wishlist, and there has to be credibility in the persistent rumours linking Inter Milan's Dutch ace Wesley Sneijder with a move to the reigning English champions.

Unless United are able to snatch Nasri away from Arsenal or gazump Chelsea's bid for Modric, I believe we can expect to see Sneijder heading for Old Trafford within the next few weeks.

That might not be all; Dimitar Berbatov's future with the Red Devils looked increasingly bleak towards the end of last season, with the Bulgarian not even given a place on the bench for the Champions' League Final. But Ferguson's striking options are relatively short and, unless he's had an unexpected change of heart about Berbatov, it would be no surprise to see the veteran boss snap up another centre forward.

Amidst a never-ending stream of often misleading speculation, at least we can be sure of one thing: the next few weeks will deliver some major moves.

* The views expressed here are the personal opinion of the columnist.

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by Used Car Search.

Tribute untuk Abim setelah 40 tahun

Posted: 01 Aug 2011 04:58 PM PDT

2 OGOS — Semasa saya menerima undangan dari Abim (Angkatan Belia Islam Malaysia) untuk memberikan ulasan pembentangan sebuah Kertas Kerja, saya tidak teragak-agak untuk menerima jemputan itu walaupun program itu jauh 3 bulan lagi ke hadapan. Persetujuan saya untuk hadir sememangnya diuji dengan berbagai dugaan.

Pertama jadual saya bertindih pada hari yang sama walaupun dah dimaklum lebih awal, kedua pihak urusetia mengandaikan pelawaan tiga bulan lalu tak perlu diingatkan semula. Ketiga sebagai ahli politik jadual mengejut memang biasa. Saya hampir membatalkan temujanji dengan pihak ABIM, tetapi memandangkan jemputan Abim lebih awal saya terpaksa menyusun jadual yang ketat pada hari itu.

Hari itu 23hb July saya ada kuliah pagi mingguan di Pasar Taman Sardon Gelugor, flite saya ke KL pukul 11.50 pagi dan saya perlu berada di program Abim pada pukul 2.00 ptg. Jadual pesawat kembali ke Penang ialah pukul 4.50ptg kerana saya terpaksa menghadiri kuliah maghrib di Penaga dan kemudian bergegas ke ceramah politik di Seberang Jaya. Ini bermakna saya ke Kuala Lumpur semata-mata kerana memenuhi undangan ABIM dan saya diberi hanya 10-15 minit untuk membuat ulasan kertas kerja Prof Ghazali Basri di atas tajuk "Di antara Pluralisme dan Plurality: Sikap Islam". Walaupun hanya untuk 10-15 minit tetapi saya merasakan kehadiran saya di program Abim sempena sambutan 40 tahun Abim berada di pesada dakwah cukup bermakna bagi saya.

ABIM begitu sinonim dengan Anwar Ibrahim dan seringkali nama-nama awal tokoh Abim seperti Kamarudin Mohd Nor, Kamarudin Jaafar dan Sidiq Fadhil dikaitkan dengan gerakan belia Islam yang dinamik dan progresif. Anak-anak muda yang begitu idealis melihat nasib anak bangsanya menjadikan Islam sebagai teras perjuangan dan berdasarkan kepada pendekatan umatik yang dinamik. ABIM satu ketika dilihat sebagai 'anak' PAS yang memberontak kepada cita-cita sebuah Gerakan Islam yang lebih tegas pendirian Islamnya pada saat PAS menghadapi krisis dalam kepimpinan Datuk Asri Haji Muda. Anak-anak muda ini mahukan sistem pentarbiyahan ala ikhwan melalui unit-unit usrah yang benar-benar berfungsi manakala dari sudut memacakkan perjuangan di bumi Malaysia mereka mendapatkan bimbingan Pak Nastir dari Indonesia. Gabungan idealism pan-Islam Ikhwan dan pribumisasi Islam dalam kerangka negara bangsa mencetuskan satu fenomena baru dalam ledakan kebangkitan Islam di sekitar awal 80an.

Hanya setelah Anwar Ibrahim memilih untuk menyertai Umno, Abim hilang taringnya dan dilihat sebagai alat untuk ajenda Islamisasi kepimpinan Tun Dr Mahathir. Keakraban PAS dan Abim terhakis sehingga ia mencetuskan gegaran dalaman di kalangan pendokong Abim sendiri yang membuat pilihan sebahagiannya menyertai PAS.

Namun saya mempunyai cerita saya sendiri dengan perjuangan Abim, malah saya memulakan ucapan saya dalam perhimpunan Abim hari itu dengan menyatakan dalam bahasa Inggeris: "I grew up with Abim".  Mungkin generasi hari ini tidak mengetahui bahawa sekitar awal 80an, Abim banyak memperkenalkan program Islami untuk pelajar-pelajar sekolah menengah seperti saya. Saya mengikuti setiap musim cuti sekolah satu program yang sinonim dengan Abim iaitu Khemah Ibadat.

Tempat kami ialah di Madrasah Masriyah Bukit Mertajam. Kami akan mengikuti program selama 3 hari 2 malam di mana pengisian program terbahagi kepada tiga elemen ialaitu Spiritual, Mental dan Fizikal. Saya didedahkan dengan qiyamullail, solat dhuha, ma'thurat dan berbagai aktiviti spiritual ibadah yang lain. Untuk mental kami mendengar kertas kerja yang dibentangkan oleh pensyarah-pensyarah dan ustaz-ustaz tentang perjuangan Islam, tokoh-tokoh Gerakan Islam dan idealism perjuangan Islam. Saya mula mengenali nama Hassan Al Banna, Syed Qutb dan Mustafa Mashor dalam program-program ini. Fizilkal, kami didedahkan dengan riyadhah, main bola dll aktiviti. Nama Ustaz Abdul Majid Zainal Abidin dan Dr Wan Salim memang saya kenali sejak di bangku sekolah menengah lagi. Bukan setakat program  musim cuti sekolah, malah saya menjadi anak murid ustaz Abdul Majid di Mesjid Gelugor dengan mengikuti kuliah tafsirnya dan usrahnya selepas kuliah. Tafsir Fi Zilal yang menjadi rujukannya cukup memberi kesan pada jiwa saya yang masih mentah lagi ketika itu.

Saya juga menyertai aktiviti PKPIM (Persatuan Kebangsaan Pelajar Islam Malaysia) sebagai mewakili badan pelajar di sekolah saya iaitu Penang Free School. Saya menghadiri perhimpunan agung PKPIM tahun 1981 atau 82 di UM dan pertama kali didedahkan dengan activism pelajar walaupun saya lebih mendengar daripada berpartisipasi. Saya mengkagumi kepimpinan Abim ketika itu kerana melihat mereka mempunyai daya pemikiran yang hebat tentang Islam dan masa depan anak-anak muda seperti saya. Saya masih ingat yang meresmikan Muktamar Agung PKPIM tahun itu ialah Kamarudin Mohd Nor (kini bergelar Datok), dia bersalaman dengan saya dan ketika diperkenalkan saya anak Pak Yusof Rawa, dia bertanyakan khabar ayah saya dan mengambil sedikit masa bersembang dengan saya. Saya membaca Risalah Abim yang memuatkan artikel-artikel yang bermutu tentang idealism perjuangan Islam era 80an. Buku-buku tentang fikrah Islam yang diterjemahkan banyak diterbitkan oleh ABIM dan bacaan-bacaan saya ketika itu banyak merangsang idealism Islam dalam diri saya hingga ke hari ini. Buku yang paling memberi kesan kepada saya ialah terjemahan dua serangkai karangan Al Maududi dan Syed Qutb oleh ABIM Kedah. Saya menjadikan ia teks usrah saya semasa di tingkatan Enam di Penang Free School  di mana saya adalah naqibnya (ketua usrah).

Kehadiran saya pada Muktamar Senawi Abim sempena 40 tahun membawa saya mengimbau masa lampau sewaktu saya mengenali idealism perjuangan Islam di bangku sekolah. Apabila saya berkata : I grew up with Abim (saya membesar dengan Abim yang memperkenalkan saya idealism perjuangan Islam), saya memang jujur dalam ungkapan saya, malangnya waktu 15 minit tak memberikan saya kesempatan untuk menceritakan sejarah silam ini untuk dikongsi dengan peserta-peserta dari anak-anak muda yang ramai hadir hari itu. Namun wajah-wajah Dr Mohammad Nor Manuti, Datuk Kamarudin Jaafar dan lain-lain kepimpinan Abim yang senior tampak tersenyum riang sepanjang pembentangan saya, mereka memang mengetahui peranan besar Abim dalam menarik anak-anak muda seperti saya seketika dahulu menyertai karavan perjuangan Islam ini. Hari ini saya berdiri di hadapan mereka sebagai AJK PAS Pusat dan Ahli Parlimen Malaysia, tidak ada apa yang lebih hebat yang boleh saya nukilkan dalam tulisan ini melainkan ungkapan: "Syabas dan Tabik Abim kerana sempat membesar dengan mu!"

* The views expressed here are the personal opinion of the columnist.

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by Used Car Search.
Kredit: http://www.themalaysianinsider.com

0 ulasan:

Catat Ulasan

 

Malaysia Insider Online

Copyright 2010 All Rights Reserved