Isnin, 15 Ogos 2011

The Malaysian Insider :: Opinion


Klik GAMBAR Dibawah Untuk Lebih Info
Sumber Asal Berita :-

The Malaysian Insider :: Opinion


Who do we think we are?

Posted: 14 Aug 2011 06:52 PM PDT

AUG 15 — Watching the wild gyrations of the New York Stock Exchange last week, it dawned on me that economically Malaysia really does not matter much to the rest of the world.

While in the Nineties the KLSE index may have been important enough for cable networks to cover and compare with other Asian indices, today they don't really care too much about us. 

By contrast what the world rating agencies say and what the Federal Reserve or the European Central Bank say are studied in great detail. Commentaries are sought from the leading banks and fund managers around the world.

It does not matter if the global talking heads and financial experts are actually right. Since many hold opposing views, it isn't a surprise that many predictions fall by the wayside.

The sad part is that Malaysia's views are not sought. It is sort of like if Malaysia's football team wanted to comment on other national teams: no one would care about their opinion whatsoever.

When Malaysia does get global coverage, it is usually negative. Caning of women, suppressing peaceful protests, denying religious freedoms, significant criminality, corruption and the Obedient Wives Club are not what Malaysia should be known for.

We actually have to spend many millions of ringgit just to show another side of the country but everyone knows this is just a sales pitch to increase our tourist arrivals. 

Some of our religious talking heads are even less astute. They won't or can't tolerate Malaysians becoming Wahhabi or Shia. I am sure that if the Wahhabi or the Shia took our clerics seriously, we would have a major conflict on our hands.

Lest we forget, Iran is a theocracy in practice and they are quite prepared to die for their beliefs. The Wahhabis, on the other hand, are the main force in Saudi Arabia and if Malaysian clerics upset them too much, those same Malaysians may find themselves unwelcome in Saudi Arabia.

As it stands, neither the Wahhabis nor the Shias even bother about our ulamas. In their eyes our guys are no threat to them. After all what influence do our ulama have beyond Malaysia's borders?

Saudi Arabia and Iran wield great influence beyond their borders not just because of their theocracies but also because of their massive oil reserves. 

To be fair, even our politicians are finding it hard to be relevant in the global discourse. When our PM preaches moderation and yet stifles freedoms, what do you think the world believes we are? I dare say many countries around the world do not consider Malaysia moderate. We are seen as a more conservative Muslim country. 

When some PAS leaders point to their rule in Kelantan as an example of what we can expect if the opposition comes to power: few in the world are at all impressed. When the leader of the opposition's major clarion call remains the injustice perpetrated against him and little else, the world's attention begins to wander after a while.

The reality for us is that the world recognises us as Malaysians. It does not see us as Malays, Chinese, Indians, Kadazans, Bajaus, Ibans or the many other ethnicities that make up Malaysia. If we have internal racial issues, the world does not really care which community is right or wrong. They will simply avoid doing business with all of us if there is internal strife.

Both the government and the opposition would be well advised to handle our nation's citizens with care. Our people need nurturing, not nannying. We want unity and not discord. But most of all we all want a better life, full of opportunities in all aspects, be they economic, political, cultural, religious or even social.

* The views expressed here are the personal opinion of the columnist.

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by Used Car Search.

Dilema raksasa berkepala dua

Posted: 14 Aug 2011 05:02 PM PDT

15 OGOS — Pada suatu ketika dahulu, mengikut mitos dan lagenda Yunani, terdapat seekor raksasa berkepala dua yang dipanggil Orthrus. Ia dikatakan tinggal di Pulau Erytheia, di kawasan barat laut Mediterranean, di mana ia ditugaskan untuk menjaga sekumpulan sapi istimewa yang berkulit merah akibat dikucup dewa mentari Helios.

Lantas pada ketika ini, terdapat sebuah negara yang nyata walaupun riwayatnya kebelakangan ini menyerupai cereka mitos. Suatu ketika dahulu, pada zaman kegemilangannya, negara ini pernah digelar "ekonomi harimau", tetapi kini lagaknya lebih terjurus kepada sapi yang senantiasa menuruti buta arahan penggembala.

Di negara ini, bukan sapi tetapi penggembala yang berkulit merah. Bergantung kepada keadaan, ia berupaya untuk bertukar warna kulitnya. Jika tidak merah ia akan menyalin biru tetapi tidak sekali pun kuning. Malah, bencinya kepada warna itu sehingga diharamkan kepada seluruh warga sapi dalam negara ini.

Si gembala merah-biru yang membenci kuning ini merupakan seekor raksasa juga. Seperti Orthrus, ia juga berkepala dua dan amanatnya tidak berbeza, iaitu untuk melindungi sapi-sapi di bawah penjagaannya.

Namun pada akhir hari ini, raksasa penggembala mengalami kesulitan. Kedua-dua kepalanya sudah tidak sehaluan. Mengimbas peristiwa sebulan lepas, sapi-sapi peliharaannya mula menunjukkan gelagat memberontak. Gara-gara segelintir sapi menyalin kulit kuning, raksasa penggembala menjadi gusar. Cabaran semberono sekaligus disahut dengan tindakan kuku besi. Maka ditangkap sapi-sapi biadap yang berkulit kuning untuk dibuat contoh kepada yang lain.

Namun tindakan keras yang digunakan hanya berjaya merangsangkan kemarahan warga sapi. Justeru sapi-sapi mengumumkan sebuah rancangan untuk berkumpul di perkarangan kota. Raksasa penggembala berasa janggal dengan cabaran yang menghina ketuanannya, maka ia melepaskan amaran yang keras dan mengharamkan perhimpunan sapi-sapi kuning.

Akan tetapi, hari demi hari kemarahan sapi semakin membara. Dalam keadaan terdesak, raksasa penggembala lantas mengadap raja negara demi mencari jalan penyelesaian. Setelah berunding, Raja bertitah menasihati supaya sapi-sapi berhimpun di mana-mana ladang yang lapang. Titah raja dipersetujui semua. Jalan penyelesaian sudah tampak ditemui.

Walau bagaimanapun, pada keesokan hari raksasa penggembala mengalami kekeliruan. Kepala utamanya setuju melaksanakan titah raja tetapi kepala keduanya enggan bekerjasama, malah mula menyalak membantah cadangan untuk berhimpun di ladang. Kepala yang kedua juga mengarah anjing-anjing gembala untuk menangkap dan mengurung mana-mana sapi yang ingin berhimpun. Titah diraja tidak diendah dan kepala utama raksasa penggembala terdiam tidak mampu terkata.

Tetapi sapi tidak gentar. Keluarlah mereka dalam berpuluhan ribu sehingga setiap lubuk kota dibanjiri kuning. Berdepanlah mereka dengan anjing-anjing gembala yang berang dan ganas. Walaupun diugut, ditangkap dan dibaham, sapi-sapi kuning tetap teguh berdiri.

Raksasa penggembala tidak dapat menerima hakikat rusuhan yang telah berlaku. Namun yang digeruninya bukanlah kebangkitan sapi. Sebaliknya, pemberontakan oleh kepala yang kedua serta anjing-anjing gembala yang paling merunsingkan si raksasa. Ketuanannya tercabar bukan hanya dari luar tetapi juga dari anggota badannya sendiri.

Tidak lama selepas peristiwa perhimpunan kuning itu, raksasa penggembala berkunjung ke luar negeri untuk mencari ketenteraman. Sejurus berangkatnya meninggalkan tanahair, anjing-anjing gembala pun giat bermaharajalela.

Warta yang menjadi lidah rasmi raksasa penggembala tiba-tiba memainkan desas desus yang bersifat tohmah mengenai tuannya sendiri. Laporan warta secara langsung mengisahkan tentang rahsia-rahsia terpendam kerabat si penggembala. Dibongkarkan cerita tentang sebentuk berlian yang tidak terkira nilainya. Diceritakan juga tentang penggadaian tanah di perkarangan sungai yang mengalirkan besi. Dan jika itu tidak mencukupi, diungkitkan juga kisah seorang wanita ayu yang telah kehilangan nyawa kerana dua buah kapal ajaib yang mampu berlayar di bawah dan bukan di atas permukaan air. Dalam ketiadaan tuan mereka, bisikan antara anjing-anjing gembala makin berani dan gempar!

Tanpa melengahkan masa, raksasa penggembala segera membatalkan kesantaian dan kembali ke negara. Lalu berjumpalah ia dengan setiap seekor anjing gembalanya. Di hadapan tuan raksasa, anjing-anjing gembala ligat berlagak setia. Buat sementara, salakan anjing-anjingnya berjaya disenyapkan dengan berangus, tetapi untuk berapa lama?

Mengikut lagenda, raksasa Orthrus telah menemui ajalnya apabila termuncul seorang wira gagah perkasa yang bernama Heracles. Dalam persaingan yang sengit, Heracles berjaya menjunamkan pedang ke dalam hati raksasa Orthrus, lalu mengambil nyawanya. Heracles kemudian mengiringi sapi-sapi merah merentasi laut mencari wilayah baru.

Tetapi dalam negara yang dikisahkan kita pada hari ini pula, dilema sebenar raksasa penggembala yang berkepala dua bukanlah serangan musuh dari luar ataupun sapi-sapi perusuh yang kian menunjuk belang. Ancaman yang paling bahaya berpunca daripada pemberontakan anjing-anjing gembala yang diketuai oleh kepala sekundernya sendiri.

Raksasa penggembala kini terpaksa berjaga sepanjang masa. Ia tidak mampu terlelap walaupun sekelip, kerana taring yang berbisa senantiasa menunggu di sisi.

* The views expressed here are the personal opinion of the columnist.

Full Feed Generated by Get Full RSS, sponsored by Used Car Search.
Kredit: http://www.themalaysianinsider.com

0 ulasan:

Catat Ulasan

 

Malaysia Insider Online

Copyright 2010 All Rights Reserved